FF First Love Like a Flower Chapter 2
FF First Love Like a Flower Chapter 2
Chapter 2
*FLASH
BACK*
Garosu-gil , tempat dimana anak-anak muda
di kota Seoul menghabiskan waktunya, apa lagi di musim panas seperti ini.Tidak
hanya untuk sekedar berkumpul bersama kawannya, namun kerja part-time pun mereka lakukan disini.
Cuaca cerah di Garosu-gil membuat para remaja menjadi sangat antusias ,tak
terkecuali dengan L yang sedang menikmati
jalanan Garosu-gil yang ramai di padati orang-orang untuk dijadikannya sebagai objek
foto kameranya. L baru saja mempelajari fotografi
,jadi dia lebih memilih untuk menjadikan kehidupan masyarakat Shisandong
sebagai objek fotonya. Gerimis tak di undang perlahan mulai menyentuh kulit
putih namja itu. Orang-orang di daerah itu pun berlari untuk mencari tempat
taduh. Namun L tetap berjalan gontai sambil beberapakali memotret jalanan.
“gerimis ini membuat objekku sangat bagus” ujar L. Namun hujan sepertinya tidak sependapat dengan L
kini semakin derasnya membuat L tidak punya pilihan lain selain berteduh.
Seulyeong sangat menyukai fotografi. Eommanya yang merupakan mantan
model dan fotografer asal korea selatan membuat Seulyeong sudah terbiasa dengan
dunia fotografi sedari dia berumur 7 tahun. Dia selalu mangabadikan semua hal
yang terjadi di kehidupannya, termasuk saat eommanya meninggakan Seulyeong
untuk pergi ketempat yang tidak dapat dijangkau oleh seulyeong. Yeoja itu
menghentikan aktifitas memotretnya. Lensa lomonya menangkap seorang namja tampan
bertubuh tinggi dan putih bergandengan tangan dengan seorang yoeja berambut lurus
hitam dengan senyum yang manis. Sedetik kemudian Seulyeong menurunkan kameranya,
langkah kakinya bergerak mengikuti pasangan itu. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat
dia merasakan sebuah roll film seperti berputar di dalam otanya, potongan-potongan
kenangan itu kembali muncul, setetes air hujan yang menyentuh wajah cantiknya
membangunkanya dari kenangan itu. Menyadari hujan deras mulai mengguyur
tubuhnya, yeoja itu berlari dan masuk ke Starbuck, salah satu coffee shop yang paling diminati oleh
masyarakat Shinsadong. Tempat ini memiliki ornament tempo dulu dengan nuansa
Amerika yang kental didalamnya, dinding dan lantainya yang terbuat dari
potongan-potongan kayu mahoni yang di plamir dengan rapi dapat membuat orang-orang
yang mengunjunginya marasakan suasana klasik ala Amerika. Yeoja itu memilih kursi
paling pojok dengan jendela besar menghadap jalan raya untuk menghabiskan
waktunya menikmati hujan.
“1 americano 2 shoot” pesan L pada pelayan yang menghmpirinya saat
namja itu memutuskan untuk berteduh di Starbucks.
“jeogiyo, boleh saya duduk disini ?” Tanya
L sambil pada seorang yeoa yang duduk di bangku paling pojok dekat jendela .
“Ne” jawab sang Yeoja sambil tersenyum ramah kepada L. Tanpa namja itu sadari
,ada sesuatu yang berdesir dalam hatinya saat menatap senyuman yeoja itu. Yeoja
itu terus menatap L yang membawa kamera lomo yang sama persis dengan milik
yeoja itu.
Seulyeong terus menatap L yang membawa kamera lomo yang sama persis dengan miliknya. “Ah mianhe, apa kau seorang fotografer?” Tanya Seulyeong ramah pada L. “Ne, apa kau juga seorang fotografer?” Tanya L balik. Seulyeong hanya menganggukkan kepalanya sambil mengeluarkan kamera lomonya yang mirip dengan milik L. “Kamera Lomomu sama dengan miliku”. Tak selang beberapa lama mereka saling mengobrol satu sama lain. Keduanya terlihat sangat akrab ,bahkan tak sedikit yeoja di coffe shop itu yang menatap Seulyeong dengan tatapan sinisnya. Dering handphone Seulyeong menghentikan percakapan di antara mereka. Seulyeong menatap L seolah meminta izin pada namja itu untuk mengangkat panggilan dari oppanya.
Seulyeong terus menatap L yang membawa kamera lomo yang sama persis dengan miliknya. “Ah mianhe, apa kau seorang fotografer?” Tanya Seulyeong ramah pada L. “Ne, apa kau juga seorang fotografer?” Tanya L balik. Seulyeong hanya menganggukkan kepalanya sambil mengeluarkan kamera lomonya yang mirip dengan milik L. “Kamera Lomomu sama dengan miliku”. Tak selang beberapa lama mereka saling mengobrol satu sama lain. Keduanya terlihat sangat akrab ,bahkan tak sedikit yeoja di coffe shop itu yang menatap Seulyeong dengan tatapan sinisnya. Dering handphone Seulyeong menghentikan percakapan di antara mereka. Seulyeong menatap L seolah meminta izin pada namja itu untuk mengangkat panggilan dari oppanya.
“Yeoboseyo, oppa” jawab Seulyeong
……
“ehmm”
…..
“Ne ,aku akan pulang sekarang” Seulyeong
bergegas berdiri dan pamit pada L . Tak lupa
mambawa salah satu kamera lomo yang ada di meja itu, L tersenyum ramah
sambil terus menatap punggung yeoja itu yang perlahan mulai menjauh. Setelah
Seulyeong pergi dari hadapannya ,dia baru teringat bahwa dia belum berkenalan
dengan yeoja itu. “Pabbo. Kau namja yang sangat pabbo“ujar L pada dirinya
sendiri. L pun akhirnya pulang sambil memasukan kamera miliknya kedalam tas.
Setibanya dirumah, L menghempaskan
tasnya ke sembarang tempat dan bergegas mandi karena kepalanya mulai terasa pusing akibat guyuran
air hujan tadi. Setelah mandi dia teringat tentang foto-foto yang dia ambilnya
di Garuso-gil. Dia pergi mengambil kamera lomonya yang berada di tas, berjalan
dan menghempaskan diri pada ranjang empuk dikamarnya. Dia melihat-lihat hasil
foto yang dia ambilnya siang tadi. L menaikan salah satu alisnya saat melihat
foto-foto dalam kamera lomo itu, tanda heran. “Aneh, kenapa foto yang aku ambil
siang tadi tidak ada. Ini bukan hasil jepretanku” L baru teringat bahwa kamera
lomonya sangat mirip dengan milik Seulyeong yang dia temui di Starbucks tadi.
“Jangan-jangan kameraku tertukar dengan kamera yeoja itu” L melihat semua hasil
foto hasil jepretan Seulyeong. “semua hasil jepretanya sangat bagus” ujar L
terus memuji hasil jepretan Seulyeong, sampai L melihat sebuah foto seorang
namja tampan berambut ikal pirang sedang berfoto dengan Seulyeong. Mereka
terlihat seperti sepasang kekasih.
“Namja ini bukannya yang ada di foto
sebelumnya” L segera mencari kembali foto seorang namja tampan, tinggi,
berambut pirang ikal dengan seorang yeoja yang berbeda dengan seulyeong. Yeoja
ini berambut hitam lurus, bermata sipit dan dia sangat manis. Foto ini di ambil
dari arah samping saat sang namja mengandeng erat tangan yeoja manis itu. Di
foto kedua namja itu sedang mengecup lembut kening yoeja manis itu di sebuah
taman. Di foto kedua ini L dapat menyimpulkan bahwa Seulyeong adalah mantan
pacar dari namja berambut pirang itu,
dan sekarang namja itu sudah berpacaran dengan wanita lain. L semakin penasaran
dengan Seulyeong yang baru di temuinya tadi.
Seulyoeng baru saja sampai di rumahnya
dia segera mencari oppanya yang berada duduk santai di sofa sambil menonton tv.
“Oppa, apa yang ingin kau bicarakan? Kenapa kau kembali ke korea?” tanya
Seulyeong sambil menghempaskan tubuhnya di sebelah oppanya. “Appa akan menikah
lagi.” Namja tinggi bernama Seulong yang
merupakan Oppa Seulyeong ini menjawab pertanyaan yeodongsaengnya dengan tatapan
yang sendu. “Lalu?” Tanya Seulyeonng seolah tidak peduli dengan hal yang baru
saja diucapkan oppanya .Seulyeong adalah gadis yang ceria ketika eomanya masih ada,
tetapi saat eomanya sudah meninggalkan dunia ini karena sebuah kecelakaan, Seulyeong
yang ceria itu seketika hilang. Dia menjadi orang yang dingin dan tidak peduli
dengan orang lain. Bahkan dia sendiri tidak terlalu peduli dengan appa dan
oppanya. Seulyeong adalah anak kedua dari pasangan suami-istri Bryan trevor,
dan Shin Sekyung. Appanya adalah orang Jerman sedangkan eomanya adalah orang
Korea. Seulyeong sangat dekat dengan eomanya. Ketika kematian eomanya Seulyeong
masih berada di bangku 6 SD. Sudah 4 tahun eomanya meninggalkan dia. Saat
eomanya meninggal appanya kembali ke Jerman sedangkan oppanya menjaga Seulyeong
hingga Seulyeong lulus SMP.
“Seulyeong-ah ,apa kau tidak merindukan
eomma?” Seulong berdiri lalu pergi menuju piano yang berada di ruang tengah dan
menekan tuts-tuts piaono putih dengan sangat lembut. “Eomma selalu memainkan
piano ini kepadamu saat kau sedang sedih, atau pun bahagia” alunan lembut
permainan piano Seulong yang membawakan instrument dari lagu Yiruma-Kiss The
Rain semakin menambah hawa canggung
diantara kedua kakak-beradik itu. Keduanya hanya terdiam, sibuk dengan berbagai
perasaan yang berkecamuk di hati masing-masing. “Sayang sekali eomma tidak bisa
lagi memainkan piano ini untuk kita” dengan susah payah Seulong mengucapkan
kalimat yang terasa sangatmenusuk dihatinya. Tenggorokannya yang tercekat
mambuat suara namja itu bergetar seolah menahan air matanya agar tidak jatuh.
“Jika appa ingin menikah lagi, terserah appa saja! Aku tidak peduli dengan apa
yang akan dilakukannya”.”Apa kau akan baik-baik saja jika Appa akan menikah
lagi?” Tanya Seulong dengan airmata yang sudah membasahi pipi putihnya. “Aku
akan baik-baik saja selama Ahjumma iu tidak mengusik kehidupanku!” jawab
Seulyeong sambil berdiri. Langkah kakinya membawanya menuju kamarnya dan
membanting pintu kamar itu . Dari sikap yang ditunjukkan Seulyeong itu, Seulong
dapat mengerti bahwa yeodongsaengnya
itu tidak baik-baik saja saat ini.
Alunan piano itu tidak lagi terdengar
yang terdengar hanyalah suara tangisan yoeja dan namja yang sedang merindukan
eomma mereka. Seulyong menangis sambil memeluk foto eomanya dan dirinya yang
tersenyum bahagia di sebuah taman. Dia tidak bisa memungkiri kalau dirinya sangat
merindukan eommanya. Sama halnya dengan Seulong, Seulong menangisi eomanya.
Belaian lembut eomanya, suara merdunnya, dan harum tubuhnya yang mampu
menenangkan Seulong saat ia merasa terpuruk. Seulong sangat merindukan eomanya.
Hari ini genap seminggu L kembali ke
Starbucks, dimana dia pertama kali bertemu dengan yeoja yang mampu membuatnya
tersenyum sendiri saat mengingat yeoja itu. L selalu berharap dapat bertemu
kembali dengan Seulyeong agar dia dapat menukar kameranya. Namun yang di
tunggu-tunggu tidak datang. L menunggu sambil melihat-lihat kembali foto-foto
yang ada di dalam kamera lomo tersebut. Hingga malam menjelang L tetap menunggu.
Tepat pukul 09.00 pm L memutuskan untuk pulang. Hari berikutnya L kembali ke
Starbuck. Ia menunggu kehadiran yeoja itu hingga sore pun datang ,namun Seulyeong
tetap tidak datang. Hari-hari terus berlanjut seperti itu. Seulyeong yang di
tunggu tak kunjung datang membuat L mulai putus asa.
Libur musim panas kini telah berakhir,
besok dia harus kembali melakukan aktifitasnya sebagai seorang murid SMA biasa.
Karena masih penasaran dengan Seulyeong akhirnya L memutuskan untuk ke
Sturbucks tempat dia bertemu dengan Seulyeong. Betapa kagetnya dia saat melihat
seorang yoeja yang dia cari sedang duduk manis dengan tatapan kosong menatap
jendela. L mendekatkan dirinya ke jendela lalu menggoyangkan telapak tanganya
ke jendela tepat di depan wajah yeoja itu. Namun yeoja itu hanya menatap
kosong. Tanpa berpikir lagi L segera masuk ke dalam Starbucks.
“Joegiyo” Seulyeong tetap menatap dingin
keluar jendelatanpa menyadari bahwa L telah memanggilnya sedari tadi. “Ya ! Joegiyo
!” ucap L dengan lantang. Dan tindakan L barusan berhasil membuat semua orang yang
ada ditempat itu menoleh kearahnya. Seulyeong yang mendengarnya juga menatap L
dengan heran sementara L hanya tersenyum canggung sambil membungkukkan badan
tanda meminta maaf pada para pengunjung Sturbucks. “Joegiyo, apa kau masi
mengingatku?” tanya L dengan tampang penuh harapnya, Seulyeong pun menatap L
lama lalu menggelengkan kepalanya. L mengaduk aduk tasnya mencari kamera Lomo
yang mirip dengan kamera Lomo miliknya. “Apa kau mengingat kamera ini? Kita
bertemu di sini saat hujan sedang turun” Seulyeong tetap memandang L bingung.
“Ah ,aku harus menjelaskan seperti apa lagi agar kau ingat.” ujar L pasrah ,lalu
diapun memutuskan untuk duduk dihadapan Seulyeong sambil memberikan kamera Lomo
itu kepada Seulyeong. Aku tidak tahu
bahwa dia akan melupakan aku dengan begitu cepatnya .L pun menghembuskan
nafas beratnya . Seulyeong menerima kamera itu dan membuka isi dari kamera itu,
betapa terkejutnya dia saat melihat hasil jepretanya berada di kamera itu.
Dengan segera dia melihat fisik kamera itu dengan sangat teliti. Di bagian
pinggir kamera Lomo itu terdapat tulisan “happy
birthday ssy” tidak salah lagi bahwa kamera itu miliknya. Seulyeong lalu
teringat tentang kejadian 1 minggu yang lalu saat dia bertmu dengan L dan
pulang lebih dahulu, ternyata Seulyeong mengambil kamera yang salah. Kamera
yang di bawanya adalah kamera L ,bukan miliknya.
“Ah, Jeosonghamida,
aku sangat sibuk akhir-akhir ini sehingga tidak tau kalau kamera kita tertukar.”ucap
Seulyeong penuh penyesalan.
“Gwenchana, kalau boleh tau siapa
namamu?” Tanya L.
“Shin Seul Yeong, namamu Kim Myung Soo
kan ?namamu sangat mirip dengan presenter” jawab Seulyeong dengan sedikit
bercanda.
“Ne ,namaku memang mirip, maka dari itu
orang-orang sering memanggilku L. aku fikir kau lupa denganku. Kau kuliah atau
SMA?” Tanya L lagi
“aku
kelas 1 SMA, sedangkan kau?”
“Aku kelas 3 SMA.” Jawab L antusias.
“Ah, Sunbae-nim, bukankah aku seharusnya
memanggilmu seperti itu?” ucap Seulyeong dengan senyumnya . Dan lagi-lagi L
merasakan desiran aeh itu pada hatinya.
“Seulyeong-ah, kajja kita harus segera
ke bandara” ucap Seulong yang tiba-tiba muncul dihadapan Seulyeong dan L.”Ah,
kapan kau tiba ? Dan bagaimana kau bisa tau aku berada disina ? Lalu untuk pa
kita ke bandara ?” cecar Seulyeong pada oppanya. “Kau sangat cerewet
Seulyeong-ah. Kajja, pesawatnya akan segera berangkat” jawab Seulong sambil
menarik tangan Seulyeong meninggalkan tempat itu.
“joseong-hamida, kameramu sekarang tidak
aku bawah. Ini katu namaku.”
“Seulyeong-ah, palliwa !!”
“ne oppa!”
“Hhh,ini kedua kalinya Seulyeong
meninggalkan aku sendirian, tapi kali ini berbeda, aku sudah mengetahui namanya
dan dapat tambahan nomer teleponenya juga”.
Gumam L, lalu seutas senyum simpul mulai mengembang menghiasi wajah
tampannya.
No comments: