Neka(t)
Neka(t)
Paling
mudah memang menyemangati orang lain, tapi susah untuk diri sendiri. Paling
gampang memang memberi nasehat untuk orang lain tapi tidak untuk diri sendiri.
Dan kini
aku menulis untuk diriku sendiri, yang mungkin berarti untuk orang lain.
Terjebak
dalam situasi yang aku sendiri tak mengerti, mengapa aku bisa seperti ini, apa
yang salah pada diriku. Mengapa aku tak bisa melaju kencang seperti mereka, aku
hanya berjalan dalam kecepatan statis yang entah berjalan atau malah terdiam.
Sambil tersenyum melampaikan tangan, ketika mereka berjalan mendahului.
Sebenarnya
apa yang sedang aku lakukan?
Mengapa
rasanya kaki ini terlilit, mulut terkunci, tangan yang tak bisa menggengam,
bahkan telingapun sulit mendengar. Sebenarnya aku dimana? Mengapa semuanya begitu
pelik.
Pertanyaan
ini terus berputar-putar, hingga bersisa seperempat waktu yang yang ditentukan.
Aku hanya
takut melangkah maju…
Takut
terjatuh…
Takut menerima
kenyataan, yang bahkan belum terjadi….
Mengunci dalam
ruang sendiri, beralaskan sepi….
Sebab kini,
aku tersadar…
Sudah banyak
waktu yang terbuang…
Dan aku
hanya terdiam…
“Padahal
hidup itu adalah petualangan. Jika kau tak pernah merasakan bagaimana berlari
kencang, kau tak akan tahu bagaimana cara mengatur laju, agar lebih pelan atau
mungkin berhenti sebentar. Jika perjalananmu selalu sama saja, tidak pernah
bertambah, tidak juga berkurang, lantas bagimana kau akan tahu bahwa ternyata
kau punya kemampuan untuk terbang sekalipun? Dari mana?” *
Pada
akhirnya yang dibutuhkan adalah “KENEKATAN” .
Tak peduli
sesulit apa yang didepan mata,
Tak peduli berapa
liter keringat yang jatuh,
Tak peduli
apa yang dikatakan mereka,
Karena yang
aku tahu belum saatnya untuk aku berhenti sejenak, masih banyak persediaan
bahan bakar, masih banyak jatah untuk gagal. Terus berdoa dan berbaik sangka.
“Teruslah berdoa dan berbaik sangka. Jika daun yang menguning saja tak “kan
jatuh tanpa izin-Nya, apalagi cita-citamu yang indah itu”**
Sumber :
* : Merayakan Kegagalan Fitriyani Syahrir
No comments: